Monday, December 25, 2017

#ReviewSotoy: Treatment Penghancur Lemak, Bikin Kurus Instan!



Setiap manusia pasti mendambakan bentuk tubuh ideal yang proporsional. Sayangnya, tak semua orang ingin melewati rangkaian proses yang berat guna mendapatkannya.

Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan tubuh proporsional? Proporsional sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah seimbang atau sebanding. Tubuh dapat dikatakan proporsional atau tidak dengan menggunakan rumus IMT (Indeks Masa Tubuh).

Coba ukur IMT-mu!

Dari hasil pengukuran IMT, dapat diketahui apakah tubuhmu termasuk ke dalam kelompok kurus, normal, gendut, atau obesitas. Bagi yang hasilnya kurus, kamu tinggal mengatur pola makan agar tubuh tetap sehat dibarengi dengan olahraga teratur. Nah, bagi kamu yang hasilnya gendut atau obes, sebaiknya mulai waspada dan bersiap menurunkan bobot tubuh. Cek skor IMT di tabel ini:


Kebetulan, gue, hasilnya yang normal. Meskipun normal, teteeeeuuupppp aja ada lemak-lemak nakal nan manja bergelantung di beberapa titik tubuh kecilku yang imut ini. Oke, jijik ya, liat gue narsis. Mending kita lanjut ke topik utama postingan ini.


*****
Jadi, beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 19 Desember 2017, gue datang ke grand opening sebuah klinik kecantikan yang heitttssss di Jakarta. Dijelasin lah salah satu produk keunggulan si klinik ini yang diberi nama Combo Slimming. Dengerin penjelasan dokter kecantikannya, gue tertarik, banget, karena treatment ini jadi cara pintas untuk menghilangkan lemak.

Emang rejeki anak cantik yang solehah (self-proclaimed bet gue), ditawarin buat nyobain treatment ini secara GRETOOONNGGG. Meskipun si treatment ini dikasih secara cuma-cuma bukan dalam waktu yang full, tetep aja gue mauk!. Jadi yaudah, beginilah prosesnya...

Persiapan....

Langkah pertama dalam Combo Slimming ini, gue disuruh berbaring di atas kasur dengan celana gue dibuka, like, beneran dibuka sampai di ujung banget (di ujung apa? Ya gak usah gue tulis lah ya, coba dipahami sendiri...). Kemudian perut gue diolesin gel (gue agak kurang paham maksud kegunaan gel ini biar apa, mungkin sebagai pengoles supaya si mesinnya ini bisa lancar pas digosok-gosok di perut gue, yang jelas si gel ini nggak berasa panas cuma adem aja).

*Lagi dioles*

Dari pinggir kanan perut sampai pinggir kiri perut, semuanya kena oles si gel ini. Setelah beres, dinyalakan lah mesin BTL X Wave yang berfungsi untuk menghancurkan lemak-lemak lucu di bagian perutkuh.

Rasanya kayak di bor, perut lo di teken-teken gitu. Nggak sakit, sih, tapi lumayan geli

Harusnya treatment ini dilakukan sekitar 30 sampai 45 menit tergantung seberapa banyak lemak yang ada di perut (lemak banyak atau tidaknya diukur dari lingkar perut bagian atas, tengah, dan bawah, terus dicubit-cubit. Selama masih bisa dicubit, itu berarti perutnya gendut banyak lemak). Karena gue dapetnya gretongan, jadilah gue dapet treatment ini cuma 10 menit. That's okay lah ya, toh kata dokternya, lemak di perut gue nggak parah-parah banget.

Setelah selesai, perut gue di bersihin pakai tisu basah. Kemudian masuk ke treatment berikutnya, yakni BTL Vanquish. Saat treatment ini dilarang menggunakan smartphone, karena radiasi mesin ini gede dan berbahaya banget, bisa buat smartphone hang.

Mesinnya ditaruh deket banget sama kulit perut, tapi jangan sampai kena kulit, karena mesin ini mengeluarkan suhu panas

Sama kayak waktu penggunaan alat di treatment pertama, Vanquish ini agar hasilnya optimal, harus digunakan sekitar 45 menit, tapi gue cuma dapet 10 menit. Fungsinya untuk membuang semua lemak yang udah dihancurkan oleh si X Wave.

Sepuluh menit kedua telah berlalu, gue masuk ke bagian treatment terakhir, yakni BTL Exifirm Exlisit. Karena lemak sudah hancur oleh X Wave dan sudah dibuang oleh Vanquish, tentunya kulit yang melar karena lemak tadi belum hilang. Makanya diperlukan si Exlisit ini sebagai penutup untuk mengencangkan kulit.

Langkahnya sama, perut gue diolesin gel lagi, kemudian sebuah patch yang membuat mesin Exlisit bekerja ditempelin di punggung gue. Dari semua treatment, gue paling suka si treatment ini. Karena berasa banget panasnya, membuat gue pede lemak gue sudah hilang dan perut gue rata kayak Kendall Jenner (#yha).

Dari 1 kali treatment Combo Slimming berdurasi kurang lebih 1,5 jam, si dokter mengklaim mampu mengurangi lingkar lemak di perut 3 sampai 8cm. Karena gue cuma dapet 30 menit untuk semua treatment, lingkar perut gue cuma berkurang 2cm....

Overall, I like this treatment! Bukan karena gue dapetnya gretongan, tapi si dokter mengklaim bahwa 60% lemak dapat dihilangkan secara permanen! Tentunya itu lemak yang lama ya, setelah lemak hilang, tetap harus jaga pola makan dan olahraga teratur biar lemak baru tidak datang.

Penasaran pengen cobain juga? Kunjungi kliniknya disini. Buat yang berpikiran, " Ah emang lo pada dasarnya nggak gendut, jadinya kelihatan efeknya". Well, nope, I was a fatty but cutie girl. Tapi dengan kekuatan bulan (sailormoon, kali ah) dan tekad untuk kuyus, ku berhasil menurunkan bobot tubuh, almost 10 kilos. I'll tell the details of it in the next post, yaw!


Monday, December 18, 2017

#ReviewSotoy: Wonder (2017 Movie), Saat Kebaikan Hadir dalam Beragam Bentuk

" When given the choice between being right or kind, choose kind" - a Precept taught by Mr. Browne in class.

*****


Belakangan ini rada sibuk, jadi jarang update mantengin jadwal film yang lagi tayang di bioskop. Yah, biasanya ada yang ngajak nonton atau gue diundang nonton, jadi yaudah tunggu diajak atau diundang aja kalau nonton🤣.

And then I found out this movie after looking at RachelVennya's Instagram Story. Di situ dia bilang, dia nangis berat nonton film ini. Pas liat judulnya: Wonder. Well, what's the genre of this film? Kok kayaknya sampai sepi diperbincangkan sama orang-orang di sekitar gue? Yaudah nanti aja kita perhatiin. Eh pas buka Twitter dan ngepoin kokoh Amrazing, dia juga abis review film ini dan bilang hal yang sama: nangis.

Oke gue kepo dan gue harus nonton! Kebetulan kemarin lagi senggang, jadilah gue nonton film ini. Since I got some lessons about humanity in this film, I decided to share it with you. But, I'm just an amateur in reviewing film, that's why the title is #ReviewSotoy. Hope you don't mind and here we go!


*****

Film yang di adaptasi dari novel best-seller berjudul sama karangan R.J Palacio ini bermula dengan prolog bersuara gemas yang tiada lain tiada bukan berasal dari August Pullman (Jacob Tremblay, yang juga jadi pemeran bocah di film Room), tokoh utama dalam film ini. Di usianya yang menginjak 10 tahun, Auggie, his nickname, tidak pernah pergi ke sekolah umum karena takut orang-orang akan mencemoohnya. Sedari lahir, ia mengalami kelainan pada wajahnya bernama Treacher Collins Syndrome.

Auggie in his class

Sang ibu, Isabel Pullman (Julia Roberts) yang selama ini mengajarnya dengan metode home-schooling, tiba-tiba bersikukuh menginginkan Auggie masuk ke sekolah umum di kelas 5 SD. Alasan si ibu, di tahun ini semua anak juga baru masuk SD, jadi bukan cuma Auggie yang anak baru, sehingga kemungkinannya orang-orang tidak akan fokus padanya. Tentunya hal tersebut sempat ditentang oleh sang ayah, Nate Pullman (Owen Wilson). Namun, Auggie berani ambil resiko dengan menuruti kemauan ibunya.

Dan kisah selanjutnya mudah ditebak. Auggie mengalami beragam bully yang membuat hati penonton teriris-iris dan menangis. Untungnya ada ibu, ayah, dan kakaknya, Olivia Pullman (Izabela Vidovic) terus mendukungnya dan membesarkan hatinya. Ketiga orang ini punya caranya sendiri-sendiri dalam menghibur Auggie. Sang ibu, membesarkan hati anaknya dengan cara khas ibu, penuh kelembutan yang bikin haru dan beragam nasihat seperti, “ You are not ugly Auggie… Because I’m your mom it counts the most because I know you the most.”.

Sang ayah kerap bertingkah konyol yang membawa keceriaan dan tawa dalam film ini. Seperti saat ia mengaku menyembunyikan barang kesukaan Auggie yang acap kali digunakan Auggie untuk menutupi wajahnya saat di keramaian.

Auggie: Why did you hide it? It's a gift and it's mine!
Nate: I know you don’t always like it but I love it.  It’s my son’s face.  I want to see it.

Di sinilah terjadi konflik lain, karena sang kakak ternyata menyimpan rasa iri pada Auggie karena Auggie mendapat banyak perhatian dan dukungan dari kedua orang tua mereka, tidak seperti dirinya. Namun Olivia menemukan caranya sendiri untuk tetap tegar, mandiri, dan tidak dendam pada adiknya.

Film ini pun sempat dibagi-bagi sudut pandangnya, selain dari sisi Auggie dan Olivia, juga ada dari sisi Jack Will (sahabat Auggie) dan Miranda (sahabat Olivia). Dari 4 sudut pandang itulah yang menurut gue membuat film ini kaya. Meskipun fokus utama dari film yang berdurasi hampir 2 jam ini tetap di Auggie, tapi kita juga dibuat terenyuh oleh sudut pandang yang diceritakan oleh 3 orang lainnya.

Jack, bocah yang digambarkan agak miskin karena sekolah pakai uang beasiswa (ini sih kesan yang gue dapet dari nonton film ini) membuat Auggie bertanya-tanya mengenai ketulusan Jack berteman dengan dirinya. Olivia, yang sejak kehadiran Auggie kurang mendapat kasih sayang dari orang tua, berjuang sendirian di masa remajanya untuk menjadi pribadi tegar dan mengalah pada sang adik. Miranda, yang ternyata memiliki masalah keluarga tersendiri, begitu kagum pada sosok Olivia dan berangan-angan justru ingin menjadi seperti Olivia.

The ending was happy. So good to see Auggie smiling from ear to ear after passing through a roller-coaster life in his early days at school.

*****

The lessons that I learned:
1. DON'T BE A BULLYERS! It's not cool, dude. Mungkin menurut kita, " Ah namanya juga bercanda". Well, it's not! Lo mungkin tidak tahu betapa besarnya efek satu cemoohan dari lo bagi seseorang. So, let's stop judging and mocking people by their physical appearance!

2. For parents out there: please love ALL of your children. Ya tidak bisa dipungkiri dalam setiap keluarga pasti ada anak kesayangan dan ada anak yang paling tidak disayang. God make you a parent because He believe you could be wise enough. So, make time with your kids. Everyone of them deserve love and some quality time with you.

3. Be kind! Because everyone is fighting a hard battle.

4. Real friends are hard to find. So when you find it, keep it!

Sekian dan terima masukan atas postingan ini. Sampai jumpa di #ReviewSotoy lainnya😁.



Saturday, December 16, 2017

Short Course in South Korea. Why Not?

This post is kinda a major throwback, because I kinda miss South Korea; the food, the people, the culture, the scenery, the architecture, and so on. Still waiting for a chance to visit it again.

*****

It was 2014, at a small cafe around my campus in Jatinangor, West Java, when my friends told me about studying in South Korea for a short period of time.
I got curious, of course, because at that time I started to like Running Man, a variety show from South Korea that accompany me through my college life. " It will be nice if I got to see them (the members of that show) alive," the thought that hit me when my friends talked about that short course.

Are you curious enough about what course that I took in 2014? Well, hold your breath, and just keep reading, cause I'll tell you the details of it😁

*****


Left to Right: Haul, Me, and Dyar. We were wearing Hanbok in Korean Culture Competition at Inha University



That friend of mine told me that Inha University was opening a summer school program for foreigners. Actually, other universities in South Korea, such as Ajou University, also opening that kind of program for foreigners. But, they have some requirements if you want to join the program for free.

Well, I'm not clever enough to apply for that free program, so I chose Inha, which the fare of the program was quite reasonable (read: cheaper) than other universities' program. Inha University is also Choi Siwon's Campus! If you're a fan of him, maybe you want to have an experience studying in Inha 😉.

You must be curious of the fare, right? So, here it is.

Summer school at Inha costs almost 12 million rupiahs at that time. The period of the course was 3 weeks. With that amount, I got a boarding room, 2 short course classes (that I had to attend every Monday to Friday from 9 AM to 4 PM), books of the short courses, breakfasts and dinners everyday (lunch wasn't included), field trip to Lotte World, a tour to Songdo International City, and a farewell lunch (graduation party).

The good news is you'll get a discount if you paid off the fee before the deadline! So, yeaaayyy, I got 2 million rupiahs discount🤣

After read all of the information at Inha's web, I talked to my mom that I wanted to go to South Korea. Surprisingly, she gave the permission easily. Lucky meee😁

The next step was register myself via web. You have to write your name with the exact name on your passport! Because the university will send a recommendation letter to your email. AAANNNDDD that recommendation letter is one of the documents that you need to make a visa to South Korea! It will be easier to get your visa if you hand over the recommendation letter at South Korea Embassy (my visa only took a week to be released).

Since I'm just a spoiled kid, I couldn't book my own flight to South Korea (well, I don't know how to do it until now...), so my sister took a charge on it. She booked me a full round flight from Jakarta to Incheon with Air Asia, The costs was around 5 million rupiahs (including 1 meal in each flight).

How much money did you take to South Korea, Dys?

Well, since my friend, Haul, asking me to extend our visit to South Korea, 5 days before the class starts and 3 days after the class end, I had to prepare a lot of money. Luckily, my mom gave me around 10 million rupiahs. And in the end of our extend days, I spent 2 million rupiahs more from my own saving account.

So, for living in South Korea a full month, I spent 27 million rupiahs! It's not cheap, I know. That's why I promise myself to pay off my mom's money by bringing her to South Korea. Someday, I will grant this promise!

If you ask me is that money worth or not?, my answer will always be; YES! South Korea is as warm as Indonesia, I mean the people are nice, the food is good (read: spicy without a lot of salt, kinda healthy), the pedestrian is comfy, the public transportation isn't confusing. And if you're lucky enough, you could meet your idol or bias alive!

The next question you probably want to ask; is it necessary or not to go to South Korea by joining a summer school program? Well my answer is: it depends on you! I'm glad that I could learn in short time in Korea, the class is clean, wide, and cold, the teachers are nice but some can't speak english properly, I also know about Korean's culture and the impact of Hallyu Wave in other countries (because the participants are from various countries, not only Asia), and the last but not the least, by joining a summer school program, it will be easier to get a permission from your parents 😜.

*****

What do you think about this post? Please tell me what's on your mind while you're reading this post. If you have a suggestion about what should I write in the next post, let me know😃

 This picture was taken in Incheon International Airport
(2014)


Welcome Note

" To be a good writer, you have to read. To be a good writer, you have to write more," said someone to me.

So, yeah, after having a long thoughts, I decided to make a brand new blog.

What? Brand new?

Yup, you read it. I had a blog, a long long long time ago, and then decided to delete it because some troubles that I made in my early days in high school. Not gonna tell you the story behind it (quite embarrassing).

I make this blog to tell people about my hobbies in my free time; traveling. But, it's not only about the happy memories when I go to some new places. In this blog, I'll also write about what's happening in my life. Because life itself is a journey, right?

I hope you, my readers, will enjoy reading this blog as much as I do. Please don't be hesitate to leave a comment in every post that you read. I'd be glad to read and reply it.

Thank you for reading this welcome note till the end!


Xoxo,


G