Monday, December 18, 2017

#ReviewSotoy: Wonder (2017 Movie), Saat Kebaikan Hadir dalam Beragam Bentuk

" When given the choice between being right or kind, choose kind" - a Precept taught by Mr. Browne in class.

*****


Belakangan ini rada sibuk, jadi jarang update mantengin jadwal film yang lagi tayang di bioskop. Yah, biasanya ada yang ngajak nonton atau gue diundang nonton, jadi yaudah tunggu diajak atau diundang aja kalau nonton🤣.

And then I found out this movie after looking at RachelVennya's Instagram Story. Di situ dia bilang, dia nangis berat nonton film ini. Pas liat judulnya: Wonder. Well, what's the genre of this film? Kok kayaknya sampai sepi diperbincangkan sama orang-orang di sekitar gue? Yaudah nanti aja kita perhatiin. Eh pas buka Twitter dan ngepoin kokoh Amrazing, dia juga abis review film ini dan bilang hal yang sama: nangis.

Oke gue kepo dan gue harus nonton! Kebetulan kemarin lagi senggang, jadilah gue nonton film ini. Since I got some lessons about humanity in this film, I decided to share it with you. But, I'm just an amateur in reviewing film, that's why the title is #ReviewSotoy. Hope you don't mind and here we go!


*****

Film yang di adaptasi dari novel best-seller berjudul sama karangan R.J Palacio ini bermula dengan prolog bersuara gemas yang tiada lain tiada bukan berasal dari August Pullman (Jacob Tremblay, yang juga jadi pemeran bocah di film Room), tokoh utama dalam film ini. Di usianya yang menginjak 10 tahun, Auggie, his nickname, tidak pernah pergi ke sekolah umum karena takut orang-orang akan mencemoohnya. Sedari lahir, ia mengalami kelainan pada wajahnya bernama Treacher Collins Syndrome.

Auggie in his class

Sang ibu, Isabel Pullman (Julia Roberts) yang selama ini mengajarnya dengan metode home-schooling, tiba-tiba bersikukuh menginginkan Auggie masuk ke sekolah umum di kelas 5 SD. Alasan si ibu, di tahun ini semua anak juga baru masuk SD, jadi bukan cuma Auggie yang anak baru, sehingga kemungkinannya orang-orang tidak akan fokus padanya. Tentunya hal tersebut sempat ditentang oleh sang ayah, Nate Pullman (Owen Wilson). Namun, Auggie berani ambil resiko dengan menuruti kemauan ibunya.

Dan kisah selanjutnya mudah ditebak. Auggie mengalami beragam bully yang membuat hati penonton teriris-iris dan menangis. Untungnya ada ibu, ayah, dan kakaknya, Olivia Pullman (Izabela Vidovic) terus mendukungnya dan membesarkan hatinya. Ketiga orang ini punya caranya sendiri-sendiri dalam menghibur Auggie. Sang ibu, membesarkan hati anaknya dengan cara khas ibu, penuh kelembutan yang bikin haru dan beragam nasihat seperti, “ You are not ugly Auggie… Because I’m your mom it counts the most because I know you the most.”.

Sang ayah kerap bertingkah konyol yang membawa keceriaan dan tawa dalam film ini. Seperti saat ia mengaku menyembunyikan barang kesukaan Auggie yang acap kali digunakan Auggie untuk menutupi wajahnya saat di keramaian.

Auggie: Why did you hide it? It's a gift and it's mine!
Nate: I know you don’t always like it but I love it.  It’s my son’s face.  I want to see it.

Di sinilah terjadi konflik lain, karena sang kakak ternyata menyimpan rasa iri pada Auggie karena Auggie mendapat banyak perhatian dan dukungan dari kedua orang tua mereka, tidak seperti dirinya. Namun Olivia menemukan caranya sendiri untuk tetap tegar, mandiri, dan tidak dendam pada adiknya.

Film ini pun sempat dibagi-bagi sudut pandangnya, selain dari sisi Auggie dan Olivia, juga ada dari sisi Jack Will (sahabat Auggie) dan Miranda (sahabat Olivia). Dari 4 sudut pandang itulah yang menurut gue membuat film ini kaya. Meskipun fokus utama dari film yang berdurasi hampir 2 jam ini tetap di Auggie, tapi kita juga dibuat terenyuh oleh sudut pandang yang diceritakan oleh 3 orang lainnya.

Jack, bocah yang digambarkan agak miskin karena sekolah pakai uang beasiswa (ini sih kesan yang gue dapet dari nonton film ini) membuat Auggie bertanya-tanya mengenai ketulusan Jack berteman dengan dirinya. Olivia, yang sejak kehadiran Auggie kurang mendapat kasih sayang dari orang tua, berjuang sendirian di masa remajanya untuk menjadi pribadi tegar dan mengalah pada sang adik. Miranda, yang ternyata memiliki masalah keluarga tersendiri, begitu kagum pada sosok Olivia dan berangan-angan justru ingin menjadi seperti Olivia.

The ending was happy. So good to see Auggie smiling from ear to ear after passing through a roller-coaster life in his early days at school.

*****

The lessons that I learned:
1. DON'T BE A BULLYERS! It's not cool, dude. Mungkin menurut kita, " Ah namanya juga bercanda". Well, it's not! Lo mungkin tidak tahu betapa besarnya efek satu cemoohan dari lo bagi seseorang. So, let's stop judging and mocking people by their physical appearance!

2. For parents out there: please love ALL of your children. Ya tidak bisa dipungkiri dalam setiap keluarga pasti ada anak kesayangan dan ada anak yang paling tidak disayang. God make you a parent because He believe you could be wise enough. So, make time with your kids. Everyone of them deserve love and some quality time with you.

3. Be kind! Because everyone is fighting a hard battle.

4. Real friends are hard to find. So when you find it, keep it!

Sekian dan terima masukan atas postingan ini. Sampai jumpa di #ReviewSotoy lainnya😁.



No comments:

Post a Comment