Thursday, February 15, 2018

#ReviewSotoy: Cat Rambut di One Piece Hair Studio

Keinginan gue buat ngewarnain rambut sebenarnya udah muncul dari kuliah. Banyak banget temen gue yang ngajakkin warnain rambut bareng, entah di salon atau secara manual. Tapi gue selalu takut, karena di keluarga gue nggak ada yang begitu. Terlebih lagi, kakak gue selalu bilang, "Ngewarnain rambut tuh bikin rambut rusak! Rambut lo udah rusak, makin rusak baru tau rasa! Kayak sapu ijuk nanti rambut lo,".

#yha begitulah guys, kakak gue emang setan, kalau ngomong terlalu nyelekit. Tapi mendadak dia menelan ludahnya sendiri dan justru ngerengek minta ngewarnain rambut juga pas tau gue dapet treatment warnain rambut gratis. Ihiy!


*****
Semua bermula saat gue lagi scrolling email, nyari-nyari agenda yang cucok untuk mengisi hari-hariku di akhir tahun 2017 lalu. Waktu itu gue lagi jalan sama kakak gue, dan dia dengan keponya ngintip gue lagi ngapain. Pas gue lagi scrolling email salah satu salon, dia nyeletuk, "Ih itu kan salon hits". Gue jawab, "Ohya? Dia minta di review nih, kalau hits, gue mau ah (monmaap guys, ku emang shallow),".

Setelah gue inget-inget lagi, bos gue emang pernah nyuruh gue buat ambil tawaran review itu, tapi karena gue mager, nggak jadi-jadi deh. Karena waktu itu gue butuh banget, yaudah gue tanya lagi ke bos gue, "Mas gue review salon ini ya?,". Nggak butuh waktu lama buat gue mendapatkan jawaban "Iya" dari bos gue. Yaudah gue langsung chat PR-nya si salon itu, dan dia excited banget gue mau review salonnya.

Mekanismenya adalah, gue harus wawancara pemiliknya dulu, abis itu tinggal pilih mau potong atau cat. Ya jelas lah gue milih di cat! Surprisingly, pas minta ijin ke ortu, mereka setuju-setuju aja. Denger ortu setuju dan gue bisa nge-cat rambut gratisan, kakak gue mupeng, "Ih gue juga mau dong. Lo nggak bisa minta buat 2 orang gitu nge-cat nya?". YA KELEUUUSSSS DAAHHH😅


*****
D-Day

Janjiannya jam 11 teng udah ada di salon yang terletak di salah satu mal di Kemang, Jakarta Selatan. Tapi gue udah dateng dari jam setengah 11 dan langsung wawancara si pemilik salon. He's a professional hair stylist from Japan who knows that Jakarta is a potential market for his business. So, he opened his very first hair studio in Jakarta at Dharmawangsa Square in 2012. Yup, the name of the hir studio is One Piece hair Studio! Segala treatment yang ada di studio ini menggunakan teknologi yang berasal dari Jepang!

Selesai wawancara, kita langsung masuk ke treatment pengecatan! Gue ditangani langsung oleh stylist dari Jepang (unfortunately I forgot his name, sorry). He can't speak english well, so it was kinda difficult to communicate with him, but that's okay. Gue bilang, gue maunya warna rambut gue biru, maklum lagi terobsesi banget sama warna itu. Tapi dia bilang, rambut gue lumayan rusak, udah gitu bekas di smoothing, jadi sangat rapuh untuk di bleaching dan diwarnain biru. Akhirnya dia nyaranin untuk diwarnain warna Aqua (gue sih nangkepnya ini warna biru laut yang rada ijo gitu). Yaudah gue nurut aja lah ya, he's a pro dan gretongan ini, cyiiinnn.


*****
Prosesnya

Permulaannya, rambut gue di steam terlebih dulu. Katanya supaya kutikula gue kebuka sehingga memudahkan proses chemical nya. Cuma 3 menit di steam, selanjutnya rambut gue langsung dikasih cat nya.

Proses cat basic-nya dulu

Selesai dikasih warna dasarnya, langkah selanjutnya rambut gue di wrap, terus dipanasin pake alat yang lucu banget selama 10 menit.

I look like an alien


Setelah selesai, rambut gue di cat dasar lagi, abis itu disuruh tunggu lagi. Kenapa nge cat dasarnya berkali-kali? Ya itu guys, karena rambut gue rusak akibat smoothing. Proses selanjutnya adalah semua rambut gue diwarnain, sampe ke bagian rambut yang deket akar.

Pas diwarnain begini, rambut gue jadi kaku gitu ya

Versi close up nya *abaikan bentuk alis gue*


Setelah semuanya ke cat, disuruh tunggu 5 menit, terus setelahnya di cuci deh rambut gue. Pas proses pencucian ini, boleh loh minta dipijet! Masalahnya adalah, gue geli-an, jadi gue nggak suka dipijet daerah bahu, leher, dan kepala. Betapa beruntungnya orang salon yang ngeramasin gue, kerjaannya jadi lebih cepet, kan.


Setelah keramas, rambut gue langsung dikeringin

Terus di blow, deh~
Aku tau aku lucu #yha #selfproclaimed

Begini deh, hasil akhirnya. Nggak keliatan ya? EMANG!!! KZL MAKANYA

Tampak belakang pun juga nggak keliatan😢
Mesti kena lampu super terang dulu, baru keliatan warnanya😭


Overall, pelayanan oke, stylist dan yang bantuinnya juga ramah serta cukup komunikatif. Hanya saja ku tak mengerti yang salah dimananya sampe-sampe rambutku tak terlihat abis diwarnain.

Beberapa hari kemudian, agak terlihat sedikit warnanya sih, orang-orang pun memuji kalau warna rambut gue nggak norak, tapi ya terlihat B aja, warna coklat karamel gitu jadinya. Rambut gue yang kering pun jadi semakin kering, jadi kalau abis keramas, gue perlu pake conditioner dan hair vitamin super banyak.

But, it was fun! Pertamakalinya gue nge-cat rambut dan membuat gue ketagihan! BESOK-BESOK RAMBUT GUE HARUS WARNA BIRU! TUNGGUIN YHAAAAA😁

Sunday, February 11, 2018

Pantai Santolo, Sepasang Kekasih, dan Aku

This is just a story about how I see the most popular beach in Garut while looking at a couple whom taught me a lesson.


*****
Di 2013, semester 2 gue kuliah, lagi rame banget yang ngomongin wisata pantai di Garut Selatan. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai Santolo. Karena gue kepo, gue ngajakkin temen-temen gue buat kesana. Tapi ya gitu, pada PHP, huhuhu.


Tekad gue untuk ke Santolo tidak pupus begitu saja. Berkat tugas akhir mata kuliah Pengantar Ilmu Jurnalistik (biasa disingkat PIJ, bukan PJ ya rekan-rekan mediaku sayang, #iykwim), yang mengharuskan kita membuat majalah dengan tema sesuai kesepakatan kelompok. Gue pengaruhilah teman-teman sekelompok gue untuk mengambil tema traveling untuk majalah kita. Jadi kita sekelompok, terdiri dari 4 orang, masing-masing nulis tentang pengalaman traveling yang pernah dilakuin, terus berita yang jadi headline adalah Pantai Santolo dengan gue bersedia dateng kesana langsung buat liputan.

Tapi aku nggak mau sendirian :( maunya ditemenin :(. Merengeklah gue ke temen gue. Gue sampai bilang, " Ajak aja cowok lo, kita liburan bareng". Iya, gue adalah teman sekaligus nyamuk yang baik. Jadilah kita pergi bertiga ke Santolo.


*****
Akses Ke Santolo

Dari kosan kita yang berada di Jatinangor, kita bertiga ke Cileunyi untuk naik bus Primajasa. Harganya satu orang sekitar 13ribu untuk sampai ke Terminal Garut. Terus dari Terminal Garut, kita nyambung naik angkot jurusan Terminal Garut - Pameungpeuk seharga 10 ribu per orang. Angkot tersebut rupanya cuma berhenti di depan gang untuk menuju Santolo. Jadi, buat ke dalamnya, harus naik angkutan lagi (bisa jalan, sih. Cuma lumayan mager) seharga 2ribu per orang. Jadi total ongkos per orang cuma 25ribu.

TAPIII, lama banget perjalanan nyambung-nyambung gini. Kita berangkat jam 8 pagi dari Cileunyi, nyampe Santolo jam 3 sore. Kalau mau lebih cepet dengan ongkos yang beda dikit, bisa langsung naik elf dari Cileunyi yang langsung berhenti di depan gang mau ke Santolo. Ya lo tau sendiri lah, supir elf ngebutnya kayak apa yekan, jadi cepet banget nyampenya. Harga cuma 30ribu. Kenapa kita naik angkutan umum? Yha karena ini dadakan dan rencananya emang mau backpacker-an, biar sesuai dengan tema majalah kita.

Yang tidak diketahui banyak orang, pantai di gugusan selatan Kota Garut itu ada banyak. Bukan cuma Santolo, melainkan ada beberapa pantai lainnya seperti Pantai Sayang Heulang, Rancabuaya, dan Cijayana. Kenapa Santolo yang paling terkenal? Itu masih jadi misteri, bahkan warga sekitar (saat gue wawancarai untuk kepentingan majalah gue), juga bingung, karena menurut mereka, Santolo itu lebih sepi atraksi wisatanya dibandingkan yang lain. Well, mungkin unsur sepi itu ya yang dicari oleh para wisatawan.

Sesampainya di Santolo, langkah pertama yang kita lakukan ialah memesan penginapan. Karena nggak punya duit, kita pesan 1 kamar, dengan 2 bed terpisah, yang berada tepat di pinggir pantai. Niat awalnya, sih, biar seru dengar desiran ombak. Kenyataan: NGGAK BISA TIDUR, JENDRAL! Karena ombak di malam hari lagi pasang, sehingga cukup berisik. Udah gitu ventilasi di kamar yang kita sewa, nggak ditutup jaring-jaring, jadi pas malem nyamuk masuk semua nyiumin kita😭. Harga penginapan bervariasi, mulai dari Rp75ribu sampai Rp300ribu. Tentunya bisa ditawar, ya. Tinggal pinter nawar aja.

Hal yang menarik dari Santolo adalah adanya pulau kecil bernama sama, yakni Santolo. Akses menuju pulau ini sebenarnya bisa dilalui dengan berjalan kaki jika air laut sedang surut. Jika sedang pasang, cukup sewa kapal nelayan di sekitaran situ. Harganya cukup murah, karena jarak tempuh penyeberangan tidak jauh.

Berbeda dengan Pantai Santolo, Pulau Santolo dihiasi banyak batu karang. Di pulau ini juga terdapat Muara Cilauteureun yang acap kali pasang hingga melimpahkan air laut ke daratan.


Karang di Pulau Santoso


*****
About the Couple

Pacarnya temen gue itu mau ikut dengan syarat: difotoin berdua di pantai. That's okay for me, gue minta mereka berdua berpose, eh malah kaku🤣


Foto KTP kali, ah. Akhirnya gue yang mengarahkan gaya


Nah, jadi lebih bagus kaaannn

Seperti intro yang gue tulis, They taught me a LOT. Betapa si cowok selalu berusaha membahagiakan si cewek, dan si cewek juga nggak nuntut macem-macem yang mevvah-mevvah an (padahal bisa aja nuntut kayak pasangan jaman now, tapi temen gue ini nggak begitu). Menerima apa adanya adalah kalimat mutiara yang benar-benar mereka terapkan.

Kalau orang lain mungkin mandang fisik cowoknya temen gue ini sebagai sesuatu yang "kurang", temen gue justru tidak pernah mempermasalahkan itu. Mereka malah saling ngejek fisik satu sama lain, and I think it's cute. Mereka selalu ada untuk satu sama lain, saling kasih surprise, dan mereka cenderung pemalu untuk nunjukkin kemesraan di umum, which is good, karena enek kan ya ngeliat orang PDA. Si cowoknya juga termasuk yang sabar banget nurutin kemauan temen gue yang kadang gengges. Udah gitu pas kita liburan bertiga ini, gue nggak merasa seperti orang asing, gue ikut dalam obrolan mereka, si cowoknya juga baik dan jagain gue juga, bukan temen gue doang. It was fun for a short holiday😄

But, like any other sweet relationship, it had to come an end: entah berakhir di pelaminan atau berakhir di tengah jalan. The saddest part is they're breaking up... Penyebab utamanya ya jelas, agama. Ibarat kata nih, mereka udah kayak lagunya Kang Gary, The Girl Who Can't Break Up, The Man Who Can't Leave. Tapi ya mau gimana lagi, kalau udah agama emang susah, kan, apalagi tidak ada yang mau ngalah. Jangan tanya deh gimana perasaan mereka, gue tidak sampai hati untuk nanyanya, cuma bisa ikut mendoakan yang terbaik buat mereka;

Semburat jingga muncul di langit biru, malu-malu
Mengingatkanku pada teduhnya matamu, kala itu
Meski hari tlah berlalu
Segala tentangmu dan kita takkan lekang oleh waktu
Di ingatanku